Kamis, 13 Mei 2010

Analisi Opini Publik Kasus Pengelapan Pajak Dan Markus

1. Pergertian Pajak

Pajak adalah iyuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.

Pengetian pajak menurut bebetapa ahli :

1.Prof Dr Adriani

pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan, yang terutang oleh wajibpajak membayarnya menurut peraturan derngan tidak mendapat imbalan kembali yang dapat ditunjuk secara langsung.

2. Prof. DR. Rachmat Sumitro,SH

pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari kas rakyat ke sector pemerintah berdasarkan undang-undang) (dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi)yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.

Lima unsur pokok dalam defenisi pajak Iuran / pungutan

  1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang
  2. Pajak dapat dipaksakan
  3. Tidak menerima kontra prestasi
  4. Untuk membiayai pengeluaran umun pemerintah

Karakteristik pokok dari pajak adalah: pemunngutanya harus berdasarkan undang-undang. diperlukan perumusan macam pajak dan berat ringannya tariff pajak itu, untuk itulah masyarakat ikut didalam menetapkan rumusannya.

2. Pengertian makelar kasus

Dari pengertian kata makelar sendiri berarti merupakan perantara antara penjual dan pembeli. Makelar yang sudah mengenal baik si penjual dan si pembeli, maka keberhasilan akan terjadinya sebuah transaksi akan semakin besar. Dengan pengertian makelar diatas, maka untuk pengertian makelar kasus, atau markus dapat diartikan sebagi seorang perantara yang mengenal penjahat sekaligus memiliki hubungan dengan penegak keadilan (Polisi, KPK, Jaksa), dan biasanya Makelar Kasus memberikan informasi yang dia ketahui tentang penjahat, dan kemudian Makelar Kasus akan menyampaikan informasi tersebut kepada para penegak hukum.

Sepintas dari pengertian dan penjelasan tentang Makelar Kasus diatas, maka sebenarnya tidak ada yang salah dengan pekerjaan Markus atau Makelar Kasus? Memang tidak ada yang salah pekerjaan sebagai Markus asalkan kegiatan itu dilakukan dengan menempatkan etika dan kaidah hukum dalam prakteknya, namun untuk makelar kasus yang sering disebut-sebut di media massa adalah makelar yang tidak lagi menempatkan etika dan kaidah hukum, bahkan berupaya merekasaya sebuah perkara hukum untuk mendapatkan keuntungan yang luar biasa. Pekerjaan seperti itu terus menurus dilakoni, karena pekerjaan sebagai makelar kasus adalah pekerjaan yang ringan dengan penghasilan yang besar, sehingga pekerjaan ini memiliki daya tarik yang sangat tinggi.

3. Menanggulangi Makelar Kasus

Makelar kasus (markus) pada hakikatnya mencerminkan pengertian intervensi terhadap suatu proses administrasi, dalam hal ini proses penegakan hukum. Berbeda dengan proses intervensi lainnya yang mungkin bertujuan positif, markus meletakkan “memenangkan klien dengan segala cara” sebagai kepentingan dan tujuan. Perlu digarisbawahi bahwa target markus tidak selalu harus berupa tindakan yang menyimpang dari hukum, tetapi juga, seperti dalam dunia perdagangan, tampil sebagai makelar yang profesional, dengan menjembatani kepentingan pihak-pihak terkait. Walau dalam prakteknya sudah telanjur dipersepsikan jelek, markus tidak selalu membela yang salah, tetapi juga membela yang benar (korban).

Dalam uraian ini, saya batasi pada pembahasan markus dalam arti yang negatif, yang berupaya melakukan intervensi untuk menghasilkan tindakan, keputusan, dan atau perlakuan pejabat penegak hukum yang menyimpang dari ketentuan hukum.

Tindakan penegak hukum di sini mencakup seluruh rangkaian kegiatan, dari penyidikan termasuk penahanan sampai penjatuhan putusan pengadilan. Proses tersebut melibatkan bahkan jaringan mulai penyelidik, penyidik, petugas rumah tahanan, pengacara, penuntut umum, sampai hakim, termasuk hakim-hakim dalam peradilan agama dan pejabat pada lembaga-lembaga publik yang menyelesaikan sengketa. Proses pemasyarakatan tidak tercakup, karena proses tersebut tidak lagi berurusan dengan kasus, melainkan orang. Walaupun tidak berarti tak ada penyelewengan, terutama berkaitan dengan pungutan atau uang pelicin untuk kemudahan kunjungan dan perlakuan istimewa oleh petugas lembaga pemasyarakatan termasuk petugas rumah tahanan.

Pemahaman atas markus juga harus dibedakan dari sikap dan perbuatan pejabat penegak hukum yang menginisiasi penyimpangan. Secara moral, tindakan mereka menuntut pertanggungjawaban yang lebih berat karena mengkhianati profesi, sehingga dapat dikenakan dua bentuk tindakan hukum, yaitu pelanggaran pidana dan kode etik.

Kerja sama antara markus dan pejabat yang diintervensi dibangun dengan menggunakan instrumen barang dan/atau jasa, baik dalam bentuk tunai (uang/materi lain) maupun janji, seperti promosi, mutasi ke tempat/jabatan “basah”, pendidikan dan jabatan, bahkan jabatan sambilan pada dan/atau pemberian saham perusahaan. Walaupun pelaku markus juga orang amatiran untuk sesuatu kasus, markus pada umumnya merupakan predikat untuk mereka yang biasa atau mencari nafkah dengan pekerjaan memakelari kasus. Peranan tersebut umumnya dimainkan oleh pengacara-pengacara yang juga mengkhianati profesinya. Selain itu, terutama dalam kaitan dengan instrumen janji, peranan markus dimainkan oleh pengacara, pengusaha, dan orang biasa yang menjalin hubungan akrab dengan petinggi hukum, bahkan saya menemukan ada yang di-“pelihara” oleh pimpinan Polri (saya kurang paham dengan lembaga penegak hukum lain).

Untuk mencapai tujuannya, kerja sama mereka dilakukan dengan modus-modus antara lain mengurangi alat bukti (jenis/jumlah barang bukti/saksi), meng-“atur”saksi ahli, merekayasa berkas berita acara sehingga seolah-olah dipersalahkan tetapi karena pembuktian lemah dapat dipastikan akan dibebaskan oleh hakim, meringankan/mengurangi pasal yang dituduhkan, menerbitkan SP3 (surat perintah penghentian penyidikan)/SKPP (surat ketetapan penghentian penuntutan), dan mem-peti-es-kan perkara. Pada tahap terakhir, target yang dituju adalah hukuman bebas/ringan, memenangkan perkara (perdata) yang salah, penuntut umum tidak melakukan banding/kasasi, dan lain-lain.

Karena menyangkut materi, kasus yang biasanya di-“makelar”-kan adalah perkara dengan kerugian materi. Semakin besar nilai ekonomi materinya, semakin tinggi pejabat yang dilibatkan. Selain soal kerugian materi, juga menyangkut perkara yang melibatkan orang-orang ber-“duit”. Semakin kaya pihak yang beperkara, semakin besar cost yang diperlukan dan semakin tinggi pejabat yang dilibatkan.

Karena hanya menyangkut perkara tertentu, tidak semua pejabat penegak hukum terlibat dalam pergulatan markus, baik karena peluang menangani perkara tertentu (yang menjadi obyek markus) tidak dimiliki setiap personel (tergantung distribusi oleh pimpinan) maupun karena keengganan personel tertentu yang ingin memuliakan profesinya (kendali moral). Hanya sebagian kecil dari mereka, tetapi biasanya terpelihara dengan baik dalam posisinya karena berhasil menjadi kaya dan dengan kekayaannya berhasil membangun kolusi dengan atasan/petinggi, termasuk pejabat pada manajemen personalia. Ihwal karakter demikian, dapat dikatakan bahwa praktek markus lebih banyak terjadi dalam kehidupan di kota daripada di pedalaman yang mencerminkan pola hidup komunitarian.

4.Upaya penanggulangan

Berbicara tentang upaya penanggulangan markus berarti berbicara tentang faktor-faktor yang menerangkan fenomena markus, baik yang bersumber dari individu maupun lingkungan organisasi dan sosial. Faktor lingkungan sosial merupakan push-factors yang saling mempengaruhi dengan faktor lingkungan organisasi sebagai pull-factors. Faktor tersebut meliputi, antara lain:

1. persepsi publik tentang kondisi internal yang belum sepenuhnya “bersih” sehingga menjadi daya tarik untuk terus menumbuh-suburkan praktek markus.

2. ketersediaan lapangan kerja (legitimated means) yang sangat terbatas (pengangguran) yang menjadikan kelemahan dalam proses penegakan hukum sebagai komoditas yang diperdagangkan.

Sementara itu, faktor individu sangat berkaitan dengan kemampuan pengendalian diri (self-control), khususnya aspek moral. Faktor individu juga tidak mudah dipisahkan dari pengaruh lingkungan sosial, khususnya nilai-nilai sosio-kultural, seperti paternalistik dan tenggang rasa, yang acap kali menjadi kendala bagi upaya pemberantasan markus termasuk korupsi.

Pengawasan internal, baik pengawasan oleh atasan langsung maupun pengawasan fungsional, termasuk pengawasan eksternal dari lembaga-lembaga lain, masih dirasakan lemah dan kurang efektif. Sistem internal memiliki “propensiti” yang tidak bisa diharapkan berperan optimal, terutama dalam kaitan dengan solidaritas internal yang begitu kental, khususnya dalam jajaran kepolisian. Sementara itu, pengawasan masyarakat belum mendapat tempat yang layak dalam sistem pengawasan lembaga-lembaga penegak hukum, terutama belum terbukanya akses publik yang memadai.

Masalah anggaran merupakan faktor internal yang paling dominan menerangkan fenomena markus. Aspek pertama dari faktor ini menyangkut dukungan anggaran operasional, terutama yang dialokasikan pada unit-unit lapangan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Diakui bahwa telah terjadi peningkatan yang berarti atas alokasi anggaran badan-badan penegak hukum, tetapi cenderung diprioritaskan untuk kepentingan satuan-satuan organisasi yang dipimpin langsung pejabat-pejabat tinggi terutama pada manajemen puncak. Akibatnya, petugas unit-unit operasional ”terpaksa” harus ”membebani” atau mengharap kontribusi warga guna menjamin tetap berjalannya roda organisasi dalam melayani masyarakat.

Aspek anggaran kedua menyangkut pemenuhan kebutuhan penghasilan personel. Faktor ini saya pandang menjadi paling dominan di antara semua variabel, karena juga memberi pengaruh melalui faktor-faktor yang disebut terdahulu. Faktor pengawasan organisatoris dan pengendalian diri yang lemah serta faktor lingkungan sosial (daya tarik) tidak lepas dari pengaruh penghasilan personel. Faktor ini pula bahkan yang mendorong terjadinya penyalahgunaan anggaran operasional. Walau demikian, tidak berarti semua personel penegak hukum mengatasi kekurangan penghasilannya dengan menyalahgunakan kekuasaan.


UNTUK LEBIH JELAS DAN LENGKAPNYA, SILAHKAN DOWNLOAD FILE RTF DI SINI.

ETNOGRAFI KOMUNKASI

A. Pengertian Etnografi
Etnografi berasal dari kata latin “Etnos” dan Grafien” (Etnos = Sukubangsa, Grafien= Gambaran ), yakni ilmu pengetahuan yang mempelajari sukubangsa beserta kebudayaannya. Dalam kajian antropologi “Etnografi” sering disebut “Tribe” dari pada “Ethnie”, sebab ethnie lebih memberi pemahaman adanya perbedaan kelompok dalam suatu masyarakat berdasarkan adat-istiadat, bahasa, sejarah dan kebudayaan.
Pandangan Fredrik Borth dalam “Ethnie Groups And Boundaries” mengemukakan bahwa mempertahankan batasan itu terjadi dengan sendirinya. Terjadinya batasan itu disebabkan oleh adanya faktor isolasi, seperti perbedaan ras, perbedaan budaya, sosial ataupun perbedaan bahasa.
Istilah Etnografi berasal dari bahasa yunani kuno, Etnos dan Graphy. Etnos berarti bangsa dan grafi berarti diskripsi atau pelukisan. Dengan demikian etnografi adalah pelukisan mengenai bangsa-bangsa . Etnografi adalah memahami sebuah kebudyaaan secara menyeluruh, tanpa adanya intervensi dari peneliti, sifatnya hanya deskriftif, membiarkan budaya sebagaimana adanya. Etnografi komunikasi adalah untuk mengetahui bagaimana sebuah budaya memerankan sebuah proses komunikasi untuk menyampaikan sebuah pesan. Maksudnya, tatacara komunikasi dipengaruhi oleh sebuah kebudayaan, dari bahasa, hingga perilaku budaya.
B. Etnografi Komunikasi
Etnografi komunikasi pada dasarnya adalah aplikasi metode etnografis pada pola komunikasi kelompok tertentu. Gerry Phlipsen menyebut empat asumsi yang terdapat dalam etnografi komunikasi, yaitu: pertama, seluruh partisipan dalam masyarakat budaya tertentu turut menciptakan makan yang dimiliki bersama; kedua, setiap peserta komunikasi dalam kelompok budaya harus mengkoordiansikan tindakan mereka; ketiga, makna dan tindakan bersifat khas bagi masing-masing kebudayaan; dan keempat, selain makna, cara memahami kode dan tindakan dalam setiap budaya bisa jadi berbeda.
Menurut Hymes linguistik formal tidak akan mampu memahami bahasa secara utuh, sebab ia mengabaikan kenyataan bahasa dalam penggunaannya sehari-hari. Ia selanjutnya menyebut sembilan kategori yang dapat digunakan untuk membandingkan perbedaan antarbudaya, yaitu: (1) cara bertutur (ways of speaking) atau pola komunikasi; (2) kefasihan ideal penutur (ideal of the fluent speaker); (3) komunitas wicara (speech community); (4) situasi wicara (speech situation); (5) tindak tutur (speech act); (6) komponen tindak tutur; (7) peristiwa wicara (speech event); (8) kaidah bertutur dalam komunitas; dan (9) fungsi wicara dalam komunitas.
Berdasarkan pendapat Carbaugh, etnografi komunikasi setidaknya mengkaji tiga masalah, yaitu pertama, mengungkap identitas bersama (shared identity) komunitas yang tercipta melalui komunikasi; kedua, mengungkap makna bersama (shared meaning) bagi prestasi publik yang terlihat dalam kelompok; dan ketiga, mengeksplorasi kotradiksi dalam kelompok. Untuk dapat sampai pada hal tersebut, terdapat tiga masalah yang harus dijelaskan terlebih dulu, yaitu :
1. masalah norma (questions of norms), berkaitan dengan cara komunikasi digunakan dalam memapankan aturan-aturan dan dengan cara kategori baik-buruk mempengaruhi proses komunikasi;
2. persoalan bentuk (questions of forms), berkaitan dengan jenis-jenis komunikasi yang digunakan dalam masyarakat;
3. persoalan kode budaya (question of cultural codes), berkaitan dengan makna simbol dan tingkah laku yang digunakan dalam komunikasi dalam komunitas.
Etnografi komunikasi merupakan penerapan metode etnografis pada pola komunikasi sebuah kelompok. Di sini, seorang penafsir mencoba memberikan pengertian bagi beragam bentuk komunikasi yang digunakan oleh anggota kelompok atau budaya. Gerry Phillipsen mengemukakan empat anggapan mengenai etno rafi komunikasi.
Pertama, adalah bahwa partisipan dalam sebuah komunitas budaya lokal menciptakan pengertian bersama. Mereka menggunakan kode-kode yang memiliki derajat pemahaman umum yang sama.
Kedua, adalah komunikator dalam setiap kelompok budaya harus mengkoordinasikan tindakan mereka. Harus ada beberapa urutan atau sistem bagi apa yang dilakukan di dalam komunikasi.
Ketiga, adalah pengertian dan tindakan merupakan kekhususan bagi kelompok-kelompok individu. Dengan kata lain, mereka berbeda dari satu budaya dengan budaya lainnya.
Keempat, adalah tidak hanya pola perilaku dan kode yang berbeda dari satu budaya dengan budaya lainnya, tetapi juga setiap kelompok punya caranya sendiri dalam memahami beberapa kode dan tindakan tertentu.Perintis tradisi penelitian seperti ini adalah ahli Antropologi Dell Hymes. Hymes mengungkapkan bahwa llinguistik formal tidak cukup hanya untuk mengungkap sebuah pemahaman yang lengkap mengenai bahasa karena tidak mempertimbangkan beragam cara dimana bahasa itu digunakan dalam komunikasi sehari-hari.
Budaya berkomunikasi terjadi dalam beragam cara, tetapi sebuah bentuk pesan-pesan membutuhkan kode bersama, komunikator yang tahu dan menggunakan kode tersebut, sebuah saluran, sebuah tempat kejadian, bentuk pesan, sebuah topik, dan sebuah peristiwa yang tercipta dari perpindahan pesan. Apa saja bisa dianggap sebagai pesan jika dtafsirkan seperti itu oleh penduduk lokal. Apakah ular bisa dijadikan alat komunikasi? Bagaimana dengan mengenakan topi? Mungkin ini semua merupakan kode bersama untuk mengungkapkan sesuatu di antara anggota sebuah kelompok. Kita tidak bisa mengetahuinya sampai dilakukan studi etnografi selanjutnya.
Ahli etnografi komunikasi lainnya, Donal Carbaugh, menulis bahwa etnografi komunikasi memiliki, paling tidak, tiga macam masalah.
1) menemukan jenis identitas bersama yang tercipta melalui komunikasi dalam komunitas budaya, misal pemandu sorak basket. Identitas semacam ini merupakan bentuk pengertian para anggota mengenai siapa mereka sebagai sebuah kelompok, juga merupakan serangkaian sifat yang dengannya sebagian besar anggota komunitas saling mengenal.
2) untuk mengungkap pengertian bersama mengenai tampilan publik yang terlihat dalam kelompok. Apa yang merupakan komunikasi di dalam budaya, dan pengertian seperti apa yang dimunculkan oleh beragam tampilan? Apa yang dikomunikasikan oleh para pemandu sorak dalam pertandingan bola basket SMU?
3) mengetahui kontradiksi atau paradoks dalam kelompok. Bagaimana ini semua ditangani melalui komunikasi? Bagaimana sebuah budaya memperlakukan para anggotanya sebagai individu, sambil juga memberikan perasaan sebagai bagian komunitas? Bagaimana memberikan otonomi itu diberikan sambil tetap mempertahankan otoritas? Bagaimana cara mengajarkan peranan sambil tetap mempertahankan idealisme kebebasan?
Dalam mengatasi masalah etnografis ini, maka dimunculkan tiga jenis pertanyaan. Pertanyaan mengenai norma-norma mencari cara bagaimana komunikasi digunakan untuk menentukan sekumpulan standar dan mencari cara bagaimana gagasan benar-dan-salah mempengaruhi pola komunikasi. Pertannyaan mengenai bentuk berusaha mencari macam bentuk komunikasi yang digunakan di dalam masyarakat. Perilaku seperti apa yang dianggap sebagai komunikasi; dan bagaimana mengaturnya?
Pertanyaan mengenai kode budaya memusatkan perhatian bagi pengertian simbol dan perilaku yang digunakan dalam sebagai bentuk komunikasi dalam komunitas budaya.Perluasan dari bidang ini adalah etnografi komparatif, yang melibatkan penciptaan kategori yang berlaku di sepanjang budaya tersebut. Dihimpun dari berbagai sumber Sistem Komunikasi PembangunanDalam proses komunikasi pembangunan maka fungsi komunikasi adalah sebagai salah satu di antara sub sistem dalam sistem pengelolaan perubahan (Change Management System), yaitu:
1. Sub sistem organisasi (organizational sub system)
2. Sub sitem komunikasi (communication sub system)
3. Sub sistem tujuan perubahan (change target sub system)
Mekanismenya : organisasi sebagai bentuk ikatan dan subsistem merupakan input yang penting, komunikasi sebagai pengolah (processor)nya dan change target sub system sebagai outputnya. Bagaimana output sangat ditentukan oleh komunikasi sebagai prossercornya.
Setiap komunikasi pembangunan menginginkan adanya perubahan nilai ataupun penggunaan suatu nilai lama untuk tujuan yang baru. Perubahan dalam nilai maupun dalam tujuan dengan sendirinya akan menginginkan perubahan sikap (attitude change) dari setiap anggota masyarakat. Salah atu syarat yang terpenting dari komunikasi pembangunan adalah bahwa motivasi penduduk harus diketahui untuk dimanfaatkan dan dikaitkan dengan idea pembangunan. Berdasarkan motivasi tersebut akan menentukan sikap yaitu predisposisi seseorang untuk menilai suatu lambang atau objek ataupun aspek hidupnya dalam nilai yang menguntungkan atau pun merugikan. Apabila penilaian ini diadakan secara tersusun maka akan terbentuklah sistem nilai. Melalui komunikasi sosial maka komunikator akan cepat mengetahui apa yang merupakan motivasi pokok dari komunikan (baik perseorangan maupun kelompok).
Sesuai dengan motivasinya maka manusia akan membentuk sikapnya terhadap idea pembangunan pula dan memberi atau pun menolak pemberian partisipasinya. Pembentukan sikap merupakan hasil dari pengalaman, maka proses penerimaan sikap yang baru terjadi melalui proses belajar, yaitu mengadakan penyesuaian individu terhadap kelompok ataupun setelah melalui proses balajar memahami dalam jangka waktu yang panjang.
Komunikasi Pembangunan merupakan suatu kegiatan atau suatu proses yang menginginkan perubahan besar-besaran dalam sikap, mental dan tingkah laku manusia.
Apabila hanya dititikberatkan pada unsur teknis komunikasinya saja dan kurang memperhatikan faktor paling penting dan menentukan (yaitu manusianya itu sendiri) maka banyak kemungkinan tujuan komunikasi pembangunan akan gagal. Tetapi sebaliknya apabila kurang memperhatikan segi-segi teknis komunikasinya saja, maka komunikasi pembangunan ada kemungkinan akan gagal juga. Maka semuanya itu tergantung pada situasi yang dihadapi. Komunikasi Pembangunan harus didahului oleh pengadaan suatu favourable mental climate ataupun predisposisi, kesediaan untuk menerima message komunikasi pembangunan itu sendiri. Komunikasi Pembangunan bertujuan atau akan mengakibatkan perubahan sosial besar-besaran. Hal ini berarti modernisasi atau kemajuan, tetapi masyarakat tidak akan menerima atau mau berpartisipasi apabila inti isi message tadi tidak dipahami, tidak dirasakan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya, sehingga tidak akan sampai kepada taraf motivasi.
Sistem Komunikasi Pembangunan harus melihat pula, bahwa pada umumnya di setiap negara berkembang, disamping ada komunikasi massa yang modern, masih juga terdapat suatu sistem komunikasi tradisional. Untuk itulah komunikasi pembangunan harus memperhitungkan adanya “firs-step flow” dan “second-step flow” dalam proses komunikasinya tersebut. Dalam hal ini arti pentingnya para informal leaders ataupun para opinion leaders. Komunikasi Pembangunan juga adalah suatu proses pendidikan dalam arti luas, dalam arti pembangunan modern yang mengusahakan agar didapat suatu pendidikan dan kehidupan yang berbeda dari anak didiknya dengan orang tuanya. Komunikasi pembangunan adalah juga komunikasi perubahan, yang menghendaki perubahan dalam kebudayannya. Setiap pendidikan kearah perubahan sikap dan mental tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan kebudayaannya Komunikasi Pembangunan untuk mengadakan perubahan masyarakat tidak dapat dijalankan denga seragam, melainkan harus melihat masyarakat sebagai kesatuan komunitas yang heterogen dan harus diadakan pendekatan ekosistem dengan berbagai pendekatan multidisipliner yang dapat menunjang bagian-bagian yang “action-oriented” dan “goal-directed”. Inti dari komunikasi pembangunan adalah “planning in advance”, memperhitungkan bahwa setiap tahap perkembangan (sebagai akibat perubahan) akan mengakibatkan arus komunikasi dan informasi yang lain, dengan akibat bahwa perencanaan sudah harus siap dengan kegiatan komunikasi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh situasi yang baru. Perencanaan dalam komunikasi pembangunan tidak cukup hanya satu kegiatan komunikasi untuk satu tahap/rencana. Setiap tahap harus merupakan suatu rencana perhitungan dalam “longterm project”, sehingga komunikasi pembangunan berarti juga Perencanaan dalam komunikasi . Menurut Daniel Lerner bahwa : “komunikasi untuk pembangunan termasuk bentuk komunikasi yang tersukar apalagi bila pembangunan harus dilakukan melalui proses demokras Untuk menjawab pernyataan Lerner tersebut maka harus mengoptimalkan media massa : seberapa jauhkah media massa (demi pemenuhan hak eksistensinya) dalam suatu masyarakat berkembang, bagaimana media massa menjalankan fungsinya dalam komunikasi pembangunan.
C. Pembangunan Sebagai Perubahan Sosial Pembangunan Nasional
Pembangunan Sebagai Perubahan Sosial Pembangunan Nasional diinterpretasikan sebagai perkembangan suatu bangsa menuju keperbaikan nasibnya kearah yang lebih baik, lebih maju, lebih makmur. Dalam hubungannya dengan ilmu dan teknologi dan lingkungan, ada tiga dimensi yang tercakup dalam konsep pembangunan : pengadaan benda-benda dan jasa-jasa melalui berbagai kombinasi faktor-faktor produksi, perubahan sosial ekonomi,hubungan antar manusia dan lingkungan. Membicarakan komunikasi dan pembangunan tidak akan terlepas dari komunikasi sosial. Komunikasi sosial merupakan salah satu bentuk komunikasi, yaitu merupakan suatu kegaiatan usaha manusia untuk menyampaikan kepada orang lain apa yang menjadi pikiran, harapan, atau pun pengalamannya. Dalam hal ini semua pikiran, harapan, dan pengalaman seseorang dalam komunikasi sosial tersebut akhirnya akan menjadi “milik bersama”. Tetapi komunikasi sosial mengandung arti yang lebih intensif daripada “milik bersama”, yaitu apa yang dikomunikasikan akan mempunyai akibat atas hubungan sosial anggota masyarakat yang menerima apa yang disampaikan oleh komunikator, sehingga komunikasi dalam kehidupan sosial mempunyai kemampuan untuk mengubah suatu masyarakat.
Kegiatan komunikasi sosial dilakukan secara langsung dengan komunikator dan komunikan berhadapan satu sama lain, sehingga efek komunikasi dapat terlihat langsung atau pengaruh pesan akan lebih cepat diterima atuapun ditolak langsung dan bahwa penerimaan atau penolakannya ditentukan oleh seberapa jauh komunikator menggunakan (dan menyesuaikan diri dengan) norma-norma yang berlaku dalam masyarakat yang dihadapinya sebagai komunikan. Situasi komunikasi sosial adalah komunikasi berlangsung dua arah sehingga dapat terjadi interaksi dan sosialisasi dari apa yang dianjurkan ataupun yang diinginkan sendiri dengan inti nilai-nilai yang dikomunikasikan. Makin cepat komunikator dinilai sebagai ingroup, makin cepat proses sosialisasi bahkan integrasi (dengan diri khas we-feeling) dapat dicapai. Adanya we-feeling (komunikator menikmati kepercayaan dari komunikan) akan menyebabkan komunikasi sosial menghasilkan perubahan sikap (attitude). Perubahan sikap secara bersama dalam suatu masyarakat (social change) merupakan hal yang dituju oleh pembangunan. Perubahan Sosial (social change) dapat diartikan sebagai segala perubahan pada pranata-pranata sosial dalam suatu masyarakat yang selanjutnya akan mempunyai pengaruhnya pada sistem-sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, pola-pola perikelakuan ataupun sikap-sikap dalam masyarakat tersebut. Pembangunan merupakan salah satu bentuk dari perubahan masyarakat dan mempunyai akibat atas komunikasi. Pembangunan adalah pemanfaatan dan pengarahan perubahan masyarakat ke arah kemajuan suatu bangsa dalam bentuk materi maupun non-materi. Pembangunan juga merupakan change strategies (strategi perubahan.

UNTUK LEBIH JELAS DAN LENGKAPNYA, SILAHKAN DOWNLOAD FILE RTF DI SINI.


PERTEMUAN 9: PENGGUNAAN DAN EFEK MEDIA MASSA

EFEK: Perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa. Karena fokusnya pesan, maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa (Donal K.Robert).

EFEK KOMUNIKASI MASSA (Keith R Stamm & John E. Bowes, 1990).

· EFEK PRIMER: Meliputi terpaan, perhatian dan pemahaman.

· EFEK SEKUNDER: Meliputi perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap) dan perubahan perilaku (menerima dan memilih).

PERKEMBANGAN TEORI EFEK

1. 1930-1950 Efek Tak Terbatas (unlimited effect)

2. 1950-1970 Efek Terbatas (limited Effect)

3. 1970-1980-an Efek Moderat (not-so limited effect)

EFEK TAK TERBATAS

· EFEK TAK TERBATAS memiliki asumsi bahwa media massa memikliki efek yang besar ketika menerpa audience

· EFEK TAK TERBATAS ini didasarkan atas teori atau model peluru (bullet) atau jarum hipodermik (hypodermic needle).

· Jadi, jika peluru itu ditembakkan ke sasaran, maka sasaran tidak akan bisa menghindar.

· Analogi: bahwa peluru mempunyai kekuatan yang luar biasa di dalam usaha “mempengaruhi” sasaran

ASUMSI:

  1. Ada hubungan yang langsung antara isi pesan dengan efek yang timbulkan
  2. Penerima pesan tidak memiliki sumber sosial dan psikologis untuk menolak upaya persuasif yang dilakukan media massa

UNTUK MEMPERKUAT TERPAAM MEDIA MASSA DIPERLUKAN 2 HAL:

o REDUDANCY (PENGULANGAN). EX: Pengulangan yang digunakan oleh IKLAN.

o MENGIDENTIFIKASI DAN MEMFOKUSKAN PADA AUDIENCE TERTENTU YANG DITARGETKAN. EX: Parfum untuk anak muda menggunakan bahasa gaul.

EFEK TERBATAS

Menurut Joseph Klaper: Media massa mempunyai efek terbatas berdasarkan penelitiannya pada kasus kampanye publik, kampanye politik, dan percobaan pada desain pesan yang bersifat persuasif.

KESIMPULAN KLAPER: “Ketika media menawarkan isi yang diberitakan ternyata hanya sedikit yang bisa mengubah pandangan dan perilaku audience”

KASUS

Tahun 1980-an terjadi debat calon presiden antara Ronald Reagen dan Jimmy Carter. Debat presiden dilakukan satu minggu sebelum hari pencoblosan.

Setelah debat, stasiun TV CBS mengadakan polling. Hasilnya, hanya 7 % pendukung Carter yang pindah mendukung Reagen. Ini membuktikan bahwa memang ada perubahan pada diri para pemilih tetapi persentasenya kecil.

ADA TIGA HAL YANG DAPAT DISIMPULKAN:

1. Hanya sedikit pemilih yang mengubah pilihannya sepanjang kampanye

2. Perubahan tersebut bukan karena terpaan media massa seperti yang dikatakan oleh efekl tak terbatas. Bahkan lebih banyak dipengaruhi oleh latar belakang sosial individu. Keputusan untuk mengubah hak pilih lebih berdasarkan pada pengalaman sosial.

3. Kampanye komunikasi calon yang bersangkutan lebih memengaruhinya. Hubungan interpersonal dengan keluarga, teman lebih mempengaruhi daripada propaganda media massa.

UNTUK LEBIH JELAS DAN LENGKAPNYA, SILAHKAN DOWNLOAD FILE PPT DI SINI.

Psikologi Komunikasi Massa

Komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

A. Karakteristik

· Komunikator terlembagakan

· Pesan bersifat umum

· Komunikannya bersifat anonim dan heterogen.

· Media massa menimbulkan

· Mengutamakan unsur isi dari pada unsur hubungan.

· Komunikasi massa bersifat satu arah sehingga feedback-nya bersifat tertunda (delayed).

B. Proses Komunikasi

Proses komunikasi Massa merupakan proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti, dilakukan melalui saluran/channel yang biasanya dikenal sebagai media printed (press), media auditif (radio), media visual (gambar, lukisan) atau media audio visual (televisi dan film).

Harold D. Lasswell, yaitu Who - Say What - In Which - To Whom - With What Effect?

Konsep formula Lasswell tersebut dikaji melalui pendekatan linier sehingga dapat diketahui komponen-komponen dan jenis-jenis studi dari setiap komponen.

C. Model

Model jarum hipodermik yang beranggapan bahwa media massa dapat menimbulkan efek yang kuat, terarah, segera dan langsung pada khalayaknya.

Model komunikasi satu tahap yang merupakan pengembangan dari model jarum hipodermik.

model komunikasi dua tahap yang memandang massa (khalayak) sebagai individu-individu yang aktif berinteraksi. Model komunikasi banyak tahap menyatakan bahwa "lajunya komunikasi dari komunikator kepada komunikan terdapat sejumlah relay yang berganti-ganti".

Model Melvin De Fleur

Model Bruce Westley dan Malcolm McLean

Model HUB.

D. Komunikator, Simbol, dan Makna

Komunikator komunikasi massa pada media cetak adalah para pengisi rubrik, reporter, redaktur, pemasang iklan, dan lain-lain, sedangkan pada media elektronik, komunikatornya adalah para pengisi program, pemasok program (rumah produksi), penulis naskah, produser, aktor, presenter, personel teknik, perusahaan periklanan, dan lain-lain.

komunikator komunikasi massa terdiri dari institutionalized, costliness, competitiveness, dan complexity. Sementara menurut Hovland, ethos komunikator itu dilihat dari credibility, yang terdiri dari expertise dan trustworthiness.

Komponen komunikasi massa setelah komunikator adalah code dan content. Code adalah sistem simbol yang digunakan untuk menyampaikan pesan, sedangkan content merujuk kepada pemberian makna (penafsiran) terhadap pesan komunikasi.

UNTUK LEBIH JELAS DAN LENGKAPNYA, SILAHKAN DOWNLOAD FILE PPT DI SINI.