Jumat, 16 April 2010

PERTEMUAN 3 : KONSEP DASAR DAN MODEL KOMUNIKASI MASSA

KARAKTERISTIK KOM. MASSA
(Secara Umum)

KOMUNIKATOR BERSIFAT MELEMBAGA

1. Komunikator dalam komunikasi massa adalah organisasi sosial yang mampu memproduksi pesan secara besar.

2. Komunikator dalam komunikasi massa:

    • Kumpulan individu-individu
    • Dalam berkomunikasi individu-individu itu terbatasi perannya dengan system dalam media massa.
    • Pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama pribadi unsur-unsur yang terlibat.
    • Apa yang dikemukakan oleh komunikator biasanya untuk mencapai keuntungan atau mendapatkan laba secara ekonomis (Alexis S. Tan, 1981).

KOMUNIKAN BERSIFAT HETEROGEN

1. Heterogen artinya: beragam dari mulai unsur pendidikan, jenis kelamin, status sosial, ekonomi, agama, kepercayaan, dan lain-lain. Misalnya, satu acara sinetron dapat ditonton oleh siapapun tanpa memandang kelompok atau status setiap individu.

2. Ciri-Ciri komunikan (Herbert Blumer):

    • Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia memiliki heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari asalnya, mereka berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat.
    • Berisis individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain. Di samping itu, antar individu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung.
    • Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal.

PESAN BERSIFAT UMUM

1. Pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau kepada satu kelompok masyarakat tertentu, dengan kata lain pesannya ditujukan kepada masyarakat plural. Misalnya, pesan televisi tidak ditujukan kepada satu orang atau kelompok tertentu melainkan kepada masyarakat umum.

2. Pesan komunikasi massa bersifat:

    • Novelty (baru)
    • Jarak (dekat atau jauh)
    • Popularitas
    • Pertentangan
    • Komedi (humor)
    • Seks dan keindahan
    • Emosi
    • Nostalgia
    • Human interest (feature, biografi, dsb).

SATU ARAH

Pesan dalam komunikasi massa bersifat satu arah, artinya penyampaian pesan hanya dari komunikator saja kepada khalayak. Adapun feedback dalam komunikasi massa bersifat tertunda (delayed feedback).

MENIMBULKAN KESEREMPAKAN

Satu kali pesan disampaikan melalui media massa, maka akan menerpa ribuan bahkan jutaan khalayak. Misalnya pertandingan sepak bola dari Lebak bulus Jakarta antara Persija dan Persib akan dinikmati secara serempak oleh khalayak di manapun. Acara extravaganza yang disiarkan dari studio Trans TV bisa dinikmati seketika oleh pemirsa dari Sabang sampai Merauke, dan sebagainya.

MENGANDALKAN PERALATAN TEKNIS

Artinya terdapat beberapa peralatan yang menyebabkabn terjadinya komunikasi massa berlangsung. Misalnya, pesawat televisi memerlukan satelit, radio memerlukan pemancar atau relay, surat kabar memerlukan mesin cetak, dan sebagainya. Melelaui peralatan teknis itulah komunikasi massa bisa berjalan.

MODEL UMUM KOMUNIKASI MASSA

1. MODEL LASSWELL

2. MODEL ALIR SATU TAHAP

3. MODEL ALIR DUA TAHAP

4. MODEL ALIR BANYAK TAHAP

MODEL LASSWELL

1. Cara yang paling mudah untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan: Who Say What In Which Channel To Whom With What Effect……. (Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa)

2. Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah: Communicator, Message, Media, Receiver, dan Effect.

MODEL ALIR SATU TAHAP
(ONE-STEP FLOW MODEL)

1. Model alir satu tahap ini menyatakan, saluran-saluran media massa berkomunikasi secara langsung kepada mass audience, dalam arti pesan-pesan media mengalir tanpa harus melalui opinion leader.

2. Model Alir satu tahap mengakui, pesan-pesan komunikasi dan penerima-penerima yang seluruhnya sama. Efek yang ditimbulkan juga tidak selalu sama untuk masing-masing penerima.

FORMULASI MODEL SATU TAHAP

1. Model one-step flow mengakui, media massa bukanlah all­ powerfull, dan tidak semua media mempunyai kekuatan yang sama.

2. Aspek-aspek seleksi penyaringan (selective screening) dari khalavak, seperti selective exposure, selective perception, dan selective retention mempengaruhi dampak (impact) pesan.

3. Model satu tahap mempengaruhi kemungkinan timbulnya reaksi atau efek yang berbeda di kalangan audiens penerima (receiving audience) terhadap pesan­pesan media yang sama.

MODEL SATU TAHAP

MODEL ALIR DUA TAHAP
(TWO-STEP FLOW MODEL)

1. Model ini menyatakan, pesan-pesan media massa tidak seluruhnya mencapai massa audience secara langsung, sebagian besar malahan berlangsung secara bertahap. Tahap pertama dari media massa kepada orang-orang tertentu di antara mass audience (opinion leaders) yang bertindak selaku gate-keepers.

2. Dari sini pesan-pesan media diteruskan kepada anggota-anggota mass audience yang lain sebagai tahap yang kedua sehingga pesan-pesan media akhirnya mencapai seluruh penduduk.

3. Para opinion leaders dan followers secara keseluruhan adalah mass audience. Pada umumnya opinion leader lebih banyak bersentuhan dengan media massa dibandingkan dengan followers. Karena posisinya, opinion leader mempunyai pengaruh alas follower-nya, yang atas peranan opinion leader pesan-pesan media mendapatkan efek yang kuat.

KELEBIHAN MODEL ALIR DUA TAHAP

1. Model ini banyak membantu kita dalam memusatkan perhatian atas adanya hubungan yang komplementer atau hubungan saling melengkapi antara komunikasi massa dan komunikasi antarpribadi, atau antara saluran media massa dan saluran antarpribadi.

2. Adanya peranan aktif dari pemuka-pemuka pendapat (opinion leaders) dan cara-cara berkomunikasi tatap maka yang tetap dipandang mempunyai peranan penting dalam setiap situasi komunikasi, khususnya bagi masyarakat­-masyarakat yang sedang membangun.

3. Model ini secara umum memberikan kerangka kerja (framework) yang secara konseptual dapat. dipakai guna meneliti gejala komunikasi massa yang amat kompleks.

4. Model alir dua tahap mendorong dilakukannya studi-studi yang lebih mendalam, sehingga berhasil merangsang timbulnya model-model lain tentang alir komunikasi massa, seperti model alir satu tahap dan model alir banyak tahap sebagai bentuk-bentuk penyempurnaan dari model-­model sebelumnya.

KEKURANGAN MODEL ALIR DUA TAHAP

1. Model alir dua tahap memberikan kesan, yang aktif mencari dan menyebarkan pesan-pesan media adalah opinion leaders. Sebaliknya mass audience pada umumnya tidak lebih hanya sebagai sekumpulan individu-individu yang pasif.

2. Paham yang mengatakan, proses komunikasi massa esensinya adalah two-step flow dianggap membatasi dan mengganggu analisis proses. Proses atau berlangsungnya komunikasi massa tidak selalu harus dua tahap, tetapi dapat lebih atau kurang dari dua tahap, ketika media massa berdampak langsung atau kuat atas penerima. Tetapi oleh kepesatan dan bertuhi-tubi pesan-pesan me­dia massa, tidak mustahil mendorong terjadinya proses komunikasi banyak tahap (multi-stepped atau multi-staged).

3. Model alir dua tahap terlampau menekankan peranan opinion leader sebagai penyalur pesan-pesan media massa sehingga seakan-akan mereka sangat bergantung pada me­dia massa untuk pesan-pesan yang akan diteruskan lebih lanjut.

4. Model alir dua tahap kurang memperhitungkan adanya perbedaan peranan dari berbagai saluran komunikasi pada tahap-tahap yang berbeda dalam innovation dan decission. Studi difusi menunjukkan proses innovation-decission di pihak penerima melalui tahap-tahap berikut.

    1. Tahap Kesadaran (awareness stage)
    2. Tahap Imbauan (persuasion stage)
    3. Tahap Pengambilan Keputusan (decision stage)
    4. Tahap Pemantapan (confirmation stage)

5. Media massa berperan sebagai kreator-kreator pengetahuan, sedangkan saluran antarpribadi berperan dalam mempengaruhi, membentuk, mengubah sikap, dan perilaku nyata.

6. Model alir dua tahap memberikan gambaran seakan-akan mass audience terbentuk hanya dari opinion leaders dan followers. Namun, kenyataan menunjukkan, mass audience selain terdiri dari opinion leaders dan followers, juga terdiri dari nonleaders dan nonfollowers, sekurang-kurangnya secara langsung.

Sebaliknya, untuk mengidentifikasikan followers dari yang nonfollowers di antara kategori nonleaders, para peneliti harus menggunakan Leaders-Followers Sociometric Dyads sebagai unit-unit analisis dan bukan individu-individu seperti yang sudah umum dilakukan dalam riset masa lalu mengenai opinion leadership.

MODEL ALIR DUA TAHAP

MODEL ALIR BANYAK TAHAP
(MULTI-STEP FLOW MODEL)

1. Model alir banyak tahap merupakan gabungan dari semua model. Model ini menyatakan, pesan-pesan media massa menyebar kepada khalayak melalui suatu interaksi yang amat kompleks.

2. Media mencapai khalayak dapat secara langsung dan dapat pula melalui macam-macam penerusan (relaying) secara beranting, baik melalui pemuka-pemuka masyarakat (opinion leaders) maupun melalui situasi saling berhubungan antara sesama anggota khalayak.

3. Model alir banyak tahap dilandasi pada suatu fungsi penerusan, yang sering terjadi dalam sebagian besar situasi komunikasi. Model ini tidak memerlukan suatu jumlah tertentu dari tahap-tahap yang mesti dilalui, dan tidak menerangkan, suatu pesan harus mengalir dari suatu sumber lewat saluran-saluran media massa.

4. Model alir banyak tahap menyatakan, ada sejumlah variabel penerusan dalam arus komunikasi massa dari sumber media massa kepada khalayak yang luas.

5. Beberapa anggota dari khalayak luas itu memperoleh pesan-pesan secara langsung dari media massa, sementara yang lain memperolehnya dari sumber atau saluran lain, atau dari tangan kedua, ketiga, atau yang setcrusnya lagi.

6. Jumlah yang tepat dari tahap-tahap dalam proses itu bcrgantung pada maksud sumber, tersedianya media massa, atau maksud kctcrpaan mereka, sifat pesan dan penampilan, atau sifat kcmenarikannya terhadap khalayak.

7. Dewasa ini banyak peneliti komunikasi menaruh kepercayaan pada konsepsi model alir banyak tahap tentang proses komunikasi massa, sekurang-kurangnya secara intuitif menyetujuinya.

8. Model alir banyak tahap memungkinkan dilakukannya suatu analisis yang lebih tepat atas proses atau jalannya pesan-pesan media, sebab model ini memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi peneliti untuk memperhitungkan secara lebih tepat kemungkinan atau variabel­variabel yang berbeda-beda dalam situasi komunikasi yang berbeda-beda pula.

9. Model alir banyak tahap merupakan model yang paling sedikit kekhususannya atau keterbatasannya bila dibandingkan dengan model-model lain.

MODEL SCHRAMM

1. Schramm mengemukakan model komunikasi yang bersifat interaksi dengan kedua belah pihak saling menyandi, menafsirkan, menyandi balik, mentransmisikan, dan menerima sinyal.

2. Menurut Schramm, komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya tiga unsur: sumber (source), pesan (message), dan sasaran (destination). Sumber boleh jadi seoang individu (berbicara, menulis, menggabar, memberi isyarat) atau organisasi komunikasi (sebuah sura kaba, penerbit, stasiun televisi, radio, dll).

3. Pesan bias berbentuk tinta pada kertas, gelombang suara di udara, impuls dalam arus listrik, lambaian tangan, bendera di udara, atau setiap tanda yang dapat ditafsirkan.

4. Sedakan sasarannya mungkin seorang indivdu yang mendegarkan, menonton atau membaca; atau anggta suatu kelompk seprti kelompok diskusi, khalayak pendegar ceramah, kumpulan penonton sepak bola

MODEL MALETZKE
(Riwayatmoe doeloe….)

Dalam sejarahnya, model Maletzke ini diilhami oleh gerakan media bawah tanah yang berlansung di Jerman. Sekilas, model ini terlihat begitu rumit (kompleks), namun jika diamati lebih jauh model ini hanya merupakan pengembangan dari model S-M-C-R (Berlo), yaitu Communicator (C), Medium (M), dan Receiver (R).

Kata Maletzke itu diambil dari penemunya. Dalam model ini komunikasi berlangsung ketika terdapat komunikator, media (saluran), dan adanya penerima.

Tidak banyak keistimewaan model Maletzke ini. Bahkan model ini terlalu detail sehingga kelihatan justru sangat umum. Misalnya, bagaimana lingkungan komunikator berpengaruh terhadap apa yang disiarkan. Tak terkecuali yang terjadi pada diri penerima pesannya. Berikut ini disajikan model komunikasi massa dari Matetzke.

KONSEP DASAR

  1. Menurut model Maletzke, khlalayak di dalam pencarian informasi, disebabkan oleh kebutuhan rasa ingin tahu (need cognition), dan daya intuisi seseorang (personal cognition style). Keterpaan media massa dapat diukur melalui sumber-sumber media massa yang digunakan, curahan waktu untuk penerimaan pesan media, dan pemakaian jenis pesan. Tipologi kebutuhan manusia yang dapat dipenuhi media massa adalah kebutuhan hiburan, hubungan personal, identitas pribadi, dan pengumpulan informasi.
  2. Apaila dikaitkan dengan masa sekarang (globaiasi), betapa informasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat modern. Tidak jarang bahwa gaya hidup yang dtampilkan oleh anak-anak abad 21 ini adalah produk media, dari mulai cara berpakaian (fashion), makanan (food), hiburan (entertainment), dan hal-hal lainnya.
  3. Namun meskipun khalayak sepertinya “dibom-bardir” oleh pesan komunasi massa, khalayak bukanlah entitas yang pasif, melainkan mereka menyaringnya. Lebih lanjut, Maletzke mengungkapkan bahwa khalayak tidak dipengaruhi oleh media massa dalam keadaan kosong. Pesan media merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari khlayak. Pesan tersebut disaring berdasarkam keyakinan, sikap, nilai-nilai, dan lingkungan sosialnya.
  4. Ketika terdapat pesan yang menurut pandaga mereka (khalayak) tidak sesai dengan nilai-ilai atau norma budaya yang dianutnya, maka pesan itu akan dipingirkan, bahkan sangat mungkin dibuangnya. Kasus yang terus akual misalnya, tentag majalah Play Boy Indonesia (PBI) yang bayak dihujat oleh sebagian khalayak yang memiliki keyakinan (agama) tertentu

UNTUK LEBIH JELAS DAN LENGKAPNYA, "DOWNLOAD" FILE PPT DI SINI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar