Selasa, 13 April 2010

RADIO SEBAGAI MEDIA MASSA

1. RADIO SIARAN
Radio adalah media masa elektronik tertua dan sangat luwes. Selama hampir satu abad lebih keberadaannya, radio siaran telah berhasil mengatasi persaingan keras dengan bioskop, rekaman kaset,televisi , televisi kabel, electronic games dan personal casset players. Radio telah berdapatasi dunia, dengan mengembang hubungan saling menguntungkan dan melengkapi dengan media lainnya. . Keunggulan radio siaran adalah berada dimana saja, di temapat tidur,di dapur, di dalam mobil, di kantor, di jalanan, di pantai dan berbagai tempat lainnya. Radio memiliki kemampuan menjual bagi pengiklan yang produknya dirancang khusus untuk khalayak tertentu. Di Amerika sedikitnya terdapat 10 ribu stasiun lokal dan jaringan. Stasiun tersebut beroperasi di kota-kota besar , kota-kota kecil, desa-desa yang melintasi negara. Kota-kota besar yang memiliki banyak stasiun radio, seperti New York (lebih dari 45 stasiun), Los Angeles (lebih dari 43 stasiun). Kota-kota yang lebih kecil (town), hanya memiki satu atau dua stasiun saja. Whitefish di Montana, yang populasi penduduknya 4000 orang, hanya memiliki dua stasiun radio siaran . Jaringan radio siaran menggunakan jaringan telepon, tetapi sekarang memakai jaringan maya. Semua program jaringan ditransimisikan oleh satelit. Adanya perubahan transmisi satelit ini telah membuka pintu-pintu sejumlah perusahaan sindikat radio siaran yang banyak memilih jaringan, dan memasok program-program khusus kepada pelanggan mereka.
2. SEJARAH RADIO
Sejarah Radio Siaran
Sejarah radio siaran di tempat lahirnya, yakni Amerika Serikat dan Inggris. Radio siaran sebagai alat komunikasi ditemukan setelah mesin cetak ditemukan. Donal McNicol dalam bukunta Radio’s Conquest of Space menyatakan bahwa “ terkalahkannya “ ruang angkasa oleh radio siaran dimulai pada tahun 1802 oleh Dane dengan ditemukannya suatu pesan (message) dalam jarak pendek dengan menggunakan alat sederhana berupa kawat beraliran listrik.
Penemu kemajuan radio siaran berikutnya adalah tiga orang cendekiawan muda diantaranya bernama James Maxwell berkebangsaan Inggris pada tahun 1865. Ia mendapat julukan scientific father of wireless, karena berhasil menemukan rumus-rumus yang diduga mewujudkan gelombang elektromagnetiks, yakni gelombang yang digunakan radio siaran dan televisi. Adanya gelombang elekromagnetis telah dibuktikan oleh Heinrich Hertz denga melalui eksperimennya pada tahun 1884.
Sejarah Radio di Indonesia
Perkembangan radio siaran di Indonesia dimulai dari masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan dan zaman orde baru.
a. Zaman Belanda
Radio siaran yang pertama di Indonesia waktu itu bernama Nederlands Indie-Hindia Belanda, ialah Bataviase Radio Veregining (BRV) di Batavia (Jakarta tempo dulu) yang resminya didirikan pada tanggal 16 juni 1925 pada saat Indonesia masih dijajah Belanda, dan berstatus swasta. Stelah BRV berdiri , secara serempak berdiri pula badan-badan radio siaran lainnya di kota Yogyakarta, Surakarta , Semarang, Surabaya. Yang terbesar dan terlengkap adalah NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omproep Mij) di Jakarta, Bandung, Medan, karena mendapat bantuan dari pemerintah Hindia Belanda. Sebagai pelopor timbulnya radio siaran usaha bangsa Indonesia ialah Solosche Radio Veregining (SRV) yang didirikan di kota solo pada tanggal 1 April 1933 oleh Mangkunegoro VII dan Ir. Sarsito Mangunkusumo.
b. Zaman Jepang
Ketika Belanda menyerah pada jeoang tanggal 8 Maret 1942, sebagai konsekuensinya, radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku, yang merupakan pusat radio siaran yang berkedudukan di Jakart, serta mempunyai cabang-cabang yang dinamakan Hoso Kyoku di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya dan Malang. Rakyat Indonesia pada masa ini hanya boleh mendengarkan siaran dari Hoso Kyoko saja. Namun demikian dikalangan pemuda terdapat beberapa orang yang dengan risiko kehilangan jiwa, secara sembunyi sembunyi mendengarkan siaran luar negeri, sehingga mereka dapat mengetahui bahwa pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang telah menyerah pada sekutu.
c. Zaman Kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan oleh Bung Karno dan Bung Hatta tidak dapat disiarkan langsung melalui radio siaran karena radio siaran masih dikuasai Jepang. Teks proklamasi kmerdekaan Indonesia baru dapat disiarkan dalam bahasa Indonesia dan Inggris pukul 19.00 WIB, dan hanya dapat di dengar oleh penduduk di sekitar Jakarta. Baru pada tanggal 18 Agustus 1945, naskah bersejarah itu dapat dikumandangkan ke luar batas tanah air dengan resilo petugasnya diberondong senjata serdadu Jepang. Tak lama kemudian dibuat pemancar gelap, radio siaran dengan stasiun call “ Radio Siaran Indonesia Merdeka” . Dari sisnilah Wakil presiden Mohammad Hatta dan pemimpin lainnya menyampaikan pidato melalui radio siaran yang ditujukan kepada rakyat Indonesia. Pada tanggal 11 September 1945 diperoleh kesepakatan dari hasil pertemuan antara pemimpin radio siaran untuk mendirikan sebuah organisasi radio siaran. Tanggal 11 September itu menjadi hari ulang tahun Radio Republika Indonesia
d. Zaman orde baru
Sampai akhir tahun 1966 adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia yang dikuasai dan dimilki oleh pemerintah. Peran dan fungsi radio siaran ditingkatkan. Selain berfungsi sebagai media informasi dan hiburan., ada masa orde baru, radio siaran melalui RRI menyajikan acara pendidikan dan persuasi. Acara pendidkan yang berhasil adalah “Siaran Pedesaan” yang mulai diudarakan pada bulan September 1969 oleh stasiun RRI Regional juga membantu menginformasikan program-program pemerintah, seperti keluarga Berencana, transmigrasi, kebersihan lingkungan, imunisasi ibu hamil dan balita. Sejalan dengan perkembangan social budaya serta teknologi, maka bermunculan radio siaran amatir yang diusahakan oleh perorangan. Keadaan ini tidak dapat dihimdari, namun perlu ditertibkan. Pemeritah kemudian mengeluarkan peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1970 tentang Radio siaran non pemerintah. Karena jumlah radio siaran swasta niaga semakin lama semakin banyak , serta fungsi dan kedudukannya penting bagi masyarakat, maka pada tahun 1974 stasiun-stasiun radio siaran swasta niaga berhimpun dalam wadah yang dinamakan Persatuan Radio Siaran Swasta Niaga Indonesia, disingkat PRSSNI.
e. Zaman Reformasi
Bila pada zaman orde baru ada sebuah keharusan radio-radio swasta merelai warta berita dari RRI, di era reformasi hal ini tidak lagi terjadi. Seperti halnya media cetak, pada era reformasi bermunculan radio-radio siaran swasta. Menurut catatan PRSSNI , hingga tahun 2005, terdapat sekira 900 radio siaran swasta yang tidak terdaftar di PRSSNI karena sejak reformasi, radio siaran tidak lagi diwajibkan menjadi anggota PRSSNI. Radio-radio tersebut mempunyai kewenangan untuk menyiarkan warta berita secara mandiri dengan nama program yang berbeda-beda.
3. RADIO REPUBLIK INDONESIA.
Melalui situsnya dijelaskan bahwa RRI atau Radio Republik Indonesia secara resmi didirikan pada tanggal 11 September 1945, oleh para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan beberapa stasiun radio Jepang di 6 kota. Rapat utusan 6 radio di rumah Adang Kadarusman, Jalan Menteng Dalam, Jakarta, menghasilkan keputusan mendirikan Radio Republik Indonesia dengan memilih Dokter Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama. Rapat tersebut juga menghasilkan suatu deklarasi yang terkenal dengan sebutan Piagam 11 September 1945, yang berisi 3 butir komitmen tugas dan fungsi RRI yang kemudian dikenal dengan Tri Prasetya RRI.
Penghapusan Departemen Penerangan oleh Pemerintah Presiden Abdurahman Wahid dijadikan momentum dari sebuah proses perubahan government owned radio ke arah Public Service Boradcasting dengan didasari Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 2000 yang ditandatangani Presiden RI tanggal 7 Juni 2000.
Saat ini RRI memiliki 52 stasiun penyiaran dan stasiun penyiaran khusus yang ditujukan ke Luar Negeri dengan didukung oleh 8500 karyawan.
Kecuali di Jakarta, RRI di daerah hampir seluruhnya menyelenggarakan siaran dalam 3 program yaitu Program daerah yang melayani segmen masyarakat yang luas sampai pedesaan, Programa Kota (Pro II) yang melayani masyarakat di perkotaan dan Programa III (Pro III) yang menyajikan Berita dan Informasi (News Chanel) kepada masyarakat luas. Di Stasiun Cabang Utama Jakarta terdapat 6 program yaitu program I untuk pendengar di Propinsi DKI Jakarta Usia Dewasa, Programa II untuk segment pendengar remaja dan pemuda di Jakarta, Programa III khusus berita dan Informasi, Programa IV Kebudayaan, Programa V untuk saluran Pendidikan dan Programa VI Musik Klasik dan Bahasa Asing. Sedangkan "Suara Indonesia" (Voice of Indonesia) menyelenggarakan siaran dalam 10 bahasa.
Sekilas Sejarah Amatir Radio di Indonesia
Kegiatan Amatir radio merupakan kegiatan orang-orang yang mempunyai hobby dalam bidang tehnik transmisi radio dan elektronika, kegiatan ini disahkan, diatur dan diawasi secara global baik oleh Badan-badan telekomunikasi international seperti ITU dan IARU maupun oleh badan telekomunikasi nasional disetiap negara. Oleh karena itu dalam melakukan kegiatannya mereka mempunyai dan berlandaskan KODE ETIK AMATIR RADIO.
Kegiatan amatir radio di Indonesia dimulai pada tahun 1930-an ketika Indonesia masih dalam jajahan Belanda atau Hindia Belanda. Sangat sedikit orang yang dipercaya oleh kekuasaan untuk memiliki izin amatir radio saat itu. Dua diantara mereka yang disebut-sebut sebagai pelopor adalah : Rubin Kain yang izinnya didapat tahun 1932. Beliau telah meninggal pada tahun 1981. Yang kedua adalah B. Zulkarnaen yang izinnya didapat pada tahun 1933. Beliau juga telah meninggal pada tahun 1984.
Semua aktifitas amatir radio dihentikan pada saat pendudukan Jepan dan Perang Dunia II, namun ada dari sebagian mereka yang tetap nekat beroperasi dibawah tanah untuk kepentingan Revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Tahun 1945, proklamasi kemerdekaan RI disiarkan ke seluruh dunia dengan menggunakan sebuah pemancar radio revolusioner yang dibuat sendiri oleh seorang amatir radio yang bernama Gunawan . Jasanya ini diakui oleh Pemerintah dan sebagai penghargaannya, pemancar radio buatan Gunawan tersebut di simpan di Museum Nasional Indonesia.
Selanjutnya, kegiatan amatir radio diselenggarakan kembali pada tahun 1945 sampai dengan 1949. Namun karena alasan keamanan dalam negeri, pada tahun 1950, pemerintah melarang kegiatan amatir radio hingga tahun 1967. Landasan pelarang itu adalah Undang-undang No. 5/1964 yang menegaskan hukuman yang sangat berat bagi mereka yang memiliki pemancar radio tanpa izin.
Pada tahun 1966, amatir radio memperjuangkan kepentingannya kepada pemerintah agar amatir radio dapat diselenggarakan kembali di Indonesia. Akhirnya, dengan Peraturan Pemerintah No. 21/1967, pemerintah mengizinkan kembali kegiatan amatir radio.Melalui Konferensi Amatior Radio yang pertama pada tgl. 9 Juli 1969 di Jakarta, didirikan organisasi yang bernama Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (ORARI). Pada Munas ORARI tahun 1977, nama organisasi dirubah menjadi Organisasi Amatir Radio Indonesia dengan singkatan yang sama hingga sekerang.
Terbentuknya ORARI dapat dikatakan berawal di Jakarta dan Jawa Barat atau pulau Jawa pada umumnya dan diprakarsai oleh kegiatan aksi mahasiwa , pelajar dan kaum muda, diawal tahun 1965 sekelompok mahasiwa publistik yang tergabung dalam wadah KAMI membentuk radio siaran perjuangan bernama Radio Ampera, mulai saat itu juga bermunculanlah radio siaran lainya seperti Radio Fakultas Tehnik UI, Radio Angkatan Muda, Kayu Manis, Draba, dll.
Radio Siaran Swasta
PRSSNI sebagai wadah organisasi radio swasta di Indonesia menuliskan bahwa keberadaan radio siaran di Indonesia, mempunyai hubungan erat dengan sejarah perjuangan bangsa, baik semasa penjajahan, masa perjuangan proklamasi kemerdekaan, maupun didalam dinamika perjalanan bangsa memperjuangkan kehidupan masyarakat yang demokratis, adil dan berkemakmuran.
Di zaman Penjajahan Belanda, radio siaran swasta yang dikelola warga asing menyiarkan program untuk kepentingan dagang, sedangkan radio siaran swasta yang dikelola pribumi menyiarkan program untuk memajukan kesenian, kebudayaan, disamping kepentingan pergerakan semangat kebangsaan. Ketika pendudukan Jepang tahun 1942, semua stasiun radio siaran dikuasai oleh pemerintah, programnya diarahkan pada propaganda perang Asia Timur Raya. Tapi setelah Jepang menyerah kepada Sekutu 14 Agustus 1945 para angkasawan pejuang menguasai Radio Siaran sehingga dapat mengumandangkan Teks Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 ke seluruh dunia. Selanjutnya sejak proklamasi kemerdekaan RI sampai akhir masa pemerintahan Orde Lama tahun 1965, Radio Siaran hanya diselenggarakan oleh Pemerintah, dalam hal ini Radio Republik Indonesia atau RRI.
Secara defacto Radio siaran swasta nasional Indonesia tumbuh sebagai perkembangan profesionalisme “radio amatir” yang dimotori kaum muda diawal Orde baru tahun 1966; secara yuridis keberadaan radio siaran swasta diakui, dengan prasyarat, penyelenggaranya ber-Badan Hukum dan dapat menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah RI nomor 55 tahun 1970 tentang Radio Siaran Non Pemerintah, yang mengatur fungsi, hak, kewajiban dan tanggungjawab radio siaran, syarat-syarat penyelenggaraan, perizinan serta pengawasannya.

4. RADIO SIARAN SEBAGAI THE FIFTH ESTATE
Radio memilki kekuatan kelima atau the fifth estate. Hal ini disebabkan radio siaran juga dapat melakukan fungsi control social seperti surat kabar, disamping empat fungsi lainnya yakni memberi informasi, menghibur, mendidik, dan melakukan persuasi.Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan radio siaran tersebut adalah daya langsung, daya tembus, daya tarik.
a. Daya Langsung
Daya langsung radio siaran berkaitan dengan proses penyusunan dan penyampaian pesan pada pendengarnya yang relatif cepat. Suatu pesan yang yang disampaikan melalui surat kabar akan membutuhkan proses penyusunan dan penyebaran yang kompleks dan membutuhkan waktu relatif lama. Pemberitaan dengan riset penyebaran yang dengan surat kabar harus disusun secara panjang, diset, dikoreksi, dicetak, diangkut kepada para agen, dan disebarkan pada para pelanggan. Sedangkan dalam radio siaran., berita yang sudah dikoreksi dan sudah dicek kebenarannya dapat langsung dibacakan. Berarti dalam hal ini radio memiliki kecepatan penyampaian informasi tanpa harus melewati proses yang sangat panjang daripada surat kabar, oleh karena itu berita radio siaran itu sebaiknya lebih up to date.
b. Daya Tembus
Kekuatan lain dari radio siaran , ialah daya tembus. Melalui benda kecil yang namanya radio siaran kita dapat mendengarkan siaran berita dari BBC dli London, atau ABC di Australia. Peran radio di zaman pembangunan sangatlah besar. Program-program pemerintah seperti keluarga berencana dll.telah disebarluaskan melalui radio siaran ke seluruh pelosok tanah air. Sehingga bila dibandingkan dengan media televisi yang membutuhkan biaya yang besar dan peralatan yang lebih kompleks, maka alasan inilah radio siaran memiliki peran penting bagi rakyat Indonesia yang tersebar di berbagai ribuan pulau.
c. Daya Tarik
Faktor ketiga yang menyebabkan radio siaran mempunyai kekuasaan adalah daya tarik. Daya tarik ini disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya., yakni musik, kata-kata dan efek suara. Salah satu contoh remaja lebih menyukai acara musik, karena radio itu memang identik dengan musik, rata-rata setiap orang jika menyetel radio pasti mendengarkan acara musik. Contoh efek suara kita temukan pada acara dongeng, tanpa efek suara mungkin cerita tersebut kurang menarik, misalnya dalam keadaan tegang, sedih, terharu, gembira dan lain-lain yang menggambarkan suasana dalam cerita tersebut. Kata-kata pun mempengaruhi, daya tarik khlayak, misalkan penyiar yang sanggup menghidupkan suasana dengan kata-kata mampu menyedot perhatian khalayak, dengan didukung oleh intonasi, pembawaan, dan karakter suara penyiar radio tersebut.
5. KARAKTERISTIK RADIO SIARAN
a. Audiori
Sifat auditori itu sebagai konsekuensi dari radio siaran untuk didengar. Karena kemampuan mendengar, manusia itu terbatas, maka pesan komunikasi melalui radio siaran diterima dengan selintas. Pendengar tidak akan dapat mendengar kembali (rehearing) informasi yang tidak jelas diterimanya., karena ia tidak bisa meminta kepada komunikator atau penyiar untuk mengulang informasi yang hilang tersebut, kecuali ia merekamnya.
b. Radio is The Now
Ditinjau dari segi aktualitas berita, mestinya radio siaran dibandingkan dengan media massa lainnya adalah yang paling aktual. Selain hitungan waktunya dalam detik, proses, penyampaian pesannya lebih simpel. Radio siaran juga seringkali melakukan liputan langsung dari tempat kejadian. Dalam radio siaran, dikenal dengan rewriting to update (hall, 1974).
c. Imajinatif
Radio siaran dapat mengajak komuikannya untuk berimajinasi. Karena radio siaran bersifat imaginatif.
d. Akrab
Sifat radio lainnya adalah akrab atau intim. Seorang penyiar radio seolah-olah berada di kamar pendengar., menemani pendengar yang sedang belajar atau mengerjakan pekerjaan kantor, sehingga dengan keakraban seperti ini radio menyajikan acara - acara bervariasi, mulai dari acara yang bersifat informative sampai dengan acara hiburan.
e. Gaya percakapan
“keep, simple, keep it convertional” (Newsom 1985:107) adalah rumus-rumus penulisan berita radio. Penyiar radio seolah-olah bertamu ke rumah atau menemui pendengarnya dimanapun mereka berada. Penyampaian pesannya pun harus bergaya (conversational style).Karena itu , menulis naskah radio siaran haruslah sebagaimana kita berbicara kepada khalayak sasaran (write the way you talk.)
f. Menjaga mobilitas
Pada umumnya kita mendengarkan radio sambil melakukan aktivitas lain.
Seperti: mengendarai mobil, menyetrika baju, makan, menulis, bahkan, berbicara dengan orang lain . Mobilitas pendengar terjaga, karena pendengar tidak meninggalkan pekerjaan ketika mendengarkan radio.

DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala, Siti Karlinah. 2007 .Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Edisi Revisi Jatinangor: UNPAD
Radio Siaran (sejarah radio di Indonesia) Http//www.google.com

UNTUK LEBIH JELAS DAN LENGKAPNYA, "DOWNLOAD" FILE RTF DI SINI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar